Tuhan adalah Medium dimana alam semesta (termasuk manusia) ini eksis,
maka alam ini, dimanapun posisi yang anda pilih, memiliki satu
kesamaan. Jika kita bisa mengerti dan “sadar” akan hal ini maka kita
mampu mengerti dan menyimpulkan suatu kebenaran yang hakiki.
Bayangkan tubuh anda sendiri. Tubuh anda adalah alam bagi milyaran
jumlah sel. Sel-sel tersebut mematuhi satu aturan. Walaupun satu sel
dengan sel yang lainnya terpisah jarak di dalam tubuh anda, namun, satu
sama lain dapat mengerti sebuah aturan yang meng-govern seluruh tubuh. Setiap sel memiliki tugasnya masing-masing. Setiap sel berperan penting. Aturan tersebut tertulis di dalam DNA anda.
Begitupun dengan alam ini. Setiap entity yang ada di
alam ini memiliki perannya masing-masing. Tidak ada yang eksis melalui
kecelakaan / ketidak-sengajaan yang acak. Setiap entity yang eksis di
alam ini adalah seperti sebuah sel dalam tubuh / Medium yang kita
namakan alam semesta.
istilah “Kesadaran” yang sering saya singgung di dalam
tulisan saya adalah kesadaran akan kebenaran yang hakiki mengenai alam
ini dan fungsi-fungsi setiap entity di dalamnya. Semakin tinggi tingkat
kesadaraan seseorang, semakin ia dekat dengan pemahaman yang
sebenar-benarnya (hakiki) mengenai alam ini. Tidakkah ini merupakan hal
yang paling utama? Dan inilah yang saya yakini sebagai definisi yang
sebenarnya untuk “maju”. Peradaban manusia yang maju adalah peradaban
yang manusianya memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Sekali lagi saya
bertanya kepada anda; Tidakkah ini sangat penting?
Kesadaran yang tinggi yang dimiliki oleh manusia-manusia pada zaman
kuno itu membawa mereka pada sebuah peradaban spiritual yang tinggi.
Tidak perlu ditanya apakah pada zaman itu mereka butuh internet dan
komputer. Pastinya mereka tidak memerlukan teknologi fisik/material
semacam itu, karena mereka hidup dalam dan demi sebuah tingkat kesadaran
yang jauh lebih “canggih” dibandingkan kebutuhan mereka akan materi.
Quote:
Quote:
Mereka mengerti, merasakan, dan dapat menggunakan energi alam yang mengalir di dalam tubuh melalui ketujuh chakra. Mereka melihat, merasa, mendengar menggunakan 360 indera mereka. Dan pada puncaknya mereka “sadar” dan mengerti akan tugas masing-masing di alam ini. Mereka mengerti akan sebuah pengetahuan tertinggi di alam ini, yaitu The Grand Master Plan alam ini. Inilah Cosmic DNA. Sebuah aturan Maha Satu dari yang Maha Satu untuk yang Satu. Alam ini adalah sebuah ke-SATU-an. Manusia adalah bagian dari Ke-SATU-an itu. |
Pada awalnya, manusia diciptakan oleh Tuhan dalam tingkat kesadaran
tertinggi. Manusia-pada walnya hidup di zaman Golden Age. Kemudian turun
ke posisi terbawah (sekarang) di zaman Iron-Age. jika anda jeli,
maka anda akan menemukan bahwa hal ini sudah difirmankan oleh Tuhan
dalam kitab suci. Saya anjurkan anda mencarinya dan alami rasa takjub
yang sama seperti saya.
Jadi, inilah akhir dari tulisan saya mengenai science materi atau
fisika. Mau tidak mau (jika anda ikuti terus tulisan saya hingga kini),
maka kita harus masuk ke ranah non-fisik / non-materialisme.
Sebuah ranah spiritualisme. Disitulah ada jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan. Disitulah adanya kelanjutan jalan dari
pengembaraan kita akan sebuah pencarian akhir, pencarian akan kebenaran
yang hakiki.
Quote:
Cosmic DNA dan Nature Knowledge
Jika memulai bertanya; apa maksud “DNA” di sini dan dimanakah bisa kita temukan di alam? Istilah DNA yang saya gunakan di sini memang saya diambil dari DNA
pada makhluk hidup (Deoxyribonucleic acid), akan tetapi ini hanyalah
sebuah istilah. Saya pilih DNA untuk menyampaikan pesan saya kepada
pembaca bahwa seperti halnya DNA pada makhluk hidup yang membawa sifat
kepada makhluk hidup itu sendiri. DNA bagaikan template atau program
awal, atau rangka bangun, atau desain awal dari makhluk hidup. Sifat
yang dibawanya adalah termasuk sifat fisik dan non fisik. Fisik seperti
ukuran, warna, tekstur, dan lainnya (tinggi tubuh, warna rambut, warna
kulit, warna mata, tekstur rambut, dll).
Lalu apa maksudnya Cosmic DNA?
Adalah desain awal alam semesta, perilaku, hukum, dan semua yang
berlaku di alam ini. Di dalam tulisan saya sebelumnya, “The Knowledge”
saya mengulas sebuah pandangan yang berbeda mengenai bagaimana kita
seharusnya memandang alam ini. Pada awalnya hanya ada Wisdom kemudian
baru bisa ada Knowledge, yang dijabarkan ke dalam kumpulan Information,
dan yang ter-dasar adalah Data (WKID), bukan seperti cara berpikir umum
yang diawali oleh kumpulan Data, kemudian Information, Knowledge dan
terakhir adalah Wisdom (DIKW).
Sehingga, pada awalnya, desain alam ini (DNA) ditentukan pada taraf
Wisdom. Perilaku, sifat, hukum, serta keseluruhan skenario, serta
sejarah alam semesta ini ditentukan di awal. Alam ini berawal dari
sebuah kekuatan yang Maha. Sebuah Kehendak. Dari ‘semacam’ Ide awal atau
Grand Master Plan, maka jadilah alam seperti sekarang ini.
Anda mungkin sekarang sedang memicingkan sebelah mata anda sambil
meragukan pernyataan saya di atas. Namun sebelum anda berhenti membaca,
saya mengundang anda untuk merenung sejenak, dan menemukan kecocokan ide
ini dengan sumber-sumber lain.
Ilmu Fisika tidak bisa menjawabnya. Anda harus mencarinya di tempat lain. Jika pencarian yang anda lakukan sudah ‘mentok’ maka saya yakin anda akan bertindak sama seperti yang saya lakukan. Bahkan Einstein pun sempat berkata bahwa alam semesta ini bagaikan hidup dan memiliki kesadaran.
Ilmu Fisika tidak bisa menjawabnya. Anda harus mencarinya di tempat lain. Jika pencarian yang anda lakukan sudah ‘mentok’ maka saya yakin anda akan bertindak sama seperti yang saya lakukan. Bahkan Einstein pun sempat berkata bahwa alam semesta ini bagaikan hidup dan memiliki kesadaran.
No comments :
Post a Comment