Faisal bin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman as-Saud dikenal dengan sebutan Malik Faisal (Raja Faisal)
Faisal lahir di Riyadh pada tahun 1906 dan merupakan anak keempat Raja ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman as-Saud, Raja pertama dari kalangan Bani Suud yang memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi. Ia memiliki darah keturunan Bani Tamim dari pihak ayah maupun ibunya, dan ia pun juga adalah seorang keturunan Suku Quraisy, sedangkan kita tahu bhw quraisy adalah suku dimana rasululloh dan para khalifah yg empat berasal.Dari pihak ayah , Raja Faishal adalah keturunan Muhammad bin Saud dan dari pihak ibu beliau adalah keturunan dari Syaikh Muhammad bin Abdul wahab, jadi dalam darah beliau mengalir darah umara dan ulama sekaligus.Subhanallah benar2 nashab yang luarbiasa.
Sedangkan kita telah tau bahwa Muhammad bin Saud dan Syaikh Muhammad bin Abdulwahab adalah dua orang yg menjadi cikal bakal berdirinya dinasti Saud.
Hafal al quran ketika Remaja
Faishal kecil, hidup dalam didikan agama dari ibunya (keturunan keluarga Syaikh ), dan ulama sekitarnya. Beliau telah menyelesaikan hafalan Al Qur’an dalam usia muda.
Subhanallah seorang raja juga seorang penghafal Al Qur’an. Sungguh sangat jarang di masa kini ada pemimpin yg seperti beliau. Bisa agan bayangkan jika Presiden kita juga seorang penghafal Al Qur’an…hmmm mantap
Pada tahun 1932, Raja ‘Abdul ‘Aziz pun memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi dengan Raja ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman sendiri sebagai Raja pertama pasca peresmiannya ini. Pada tahun ini pula, Pangeran Faisal diberi jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Arab Saudi. Pada sebuah pidato kenegaraannya dalam sebuah konferensi KTT Perdamaian dikota Versailles, Perancis, kharismanya berhasil memukau delegasi-delegasi negara asing yang hadir dalam konferensi tersebut.
Dilantik Menjadi Raja
Dan pada tanggal 2 November tahun 1964, Pangeran Faisal pun resmi dilantik sebagai Raja ketiga Arab Saudi menggantikan Raja Saud kakak tirinya dengan gelar Malik Faisal bin ‘Abdul ‘Aziz as-Saud.
Masa pemerintahan Beliau
Raja Faisal dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya, banyak sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai kepala negara.
menghapus perbudakan
Pada tahun 1967 Raja Faisal menggalakkan program penghapusan perbudakan, program ini ia lakukan dengan membeli seluruh budak di Arab Saudi dengan kas pribadinya hingga tak tersisa satupun budak yang dimiliki seorang majikan di negara itu, bahkan ada budak yang ia beli itu memiliki harga sangat mahal (dengan nilai mata uang dimasa itu), yaitu 2.800 dolar. Kemudian ia bebaskan budak-budak yang dibelinya tersebut dan dilanjutkan dengan pemberlakuan aturan tentang pelarangan adanya perbudakan di Arab Saudi untuk selamanya
Reformasi gaya hidup keluarga kerajaan
Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan serta melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana, dana dari hasil program diatas salah satunya terealisasi pada pembangunan sumur raksasa hingga sedalam 1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan tandus disemenanjung Arab.
Jihad melawan Israel dan embargo ekonomi ke AS
Pada tahun yang sama dengan pencanangan program penghapusan perbudakan, Raja Faisal menyerukan Agresi melawan Israel dalam rangka pembelaannya terhadap tanah suci Al-Quds (Yerusalem) dan menghentikan Israel dari program pemekaran wilayah negaranya atas daerah-daerah disekitarnya. Seruan ini dijawab positif oleh Mesir dan Syria yang kemudian tiga negara ini membentuk koalisi militer melawan Israel yang pada saat itu diback-up secara besar-besaran dalam modal dan persenjataan oleh sekutunya, Amerika Serikat. Pada awalnya pasukan koalisi Arab (kaum Muslimin) berada diatas angin dan menguasai pertempuran dengan mudah, setelah pasukan koalisi Arab dari negara Mesir berhasil memukul mundur pasukan Israel dari Syam dan berencana masuk ke wilayah negara Israel untuk memperkuat Al-Quds, tiba-tiba Amerika Serikat mengumumkan pernyataan ancaman terhadap Mesir tentang akan terjadinya pembantaian besar-besaran atas rakyat Mesir oleh Amerika jika Mesir nekat masuk ke wilayah Israel. Maka dalam rangka menyelamatkan negara dan rakyatnya, Gamal Abdul Nasir selaku pemimpin Mesir waktu itu pun terpaksa menarik mundur pasukannya dan mengurungkan niatnya masuk ke wilayah Israel.
Raja Faisal yang mendengar intimidasi itupun marah dan menyerukan perang secara ekonomi melawan Amerika, yaitu dengan mengembargo ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika. Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (N.A.T.O) yang tadinya mendukung Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika dikarenakan takut terkena embargo besar Raja Faisal tersebut. Akibat dari embargo tersebut atas Amerika Serikat adalah lumpuhnya sektor industri dan transportasi, bahkan perekonomiannya menjadi kacau hingga mengalami krisis berkepanjangan yang diperkirakan baru bisa pulih selama sepuluh tahun kedepan (sejak dimulainya embargo).Di Eropa dan Amerika rakyat pada antri BBM.
Pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal wafat pada tahun itu karena
dibunuh. Pembunuhnya adalah keponakannya sendiri, yaitu Faisal bin
Mus’ad yang baru saja pulang dari Amerika Serikat. Mus’ad menyamar
sebagai delegasi Kuwait yang ingin bertemu Raja Faisal secara mendadak.
Pada saat Raja Faisal berjalan kearahnya untuk menyambut, maka Faisal
bin Mus’ad pun tiba-tiba mengeluarkan sepucuk pistol dan menembakkannya
ketubuh Raja Faisal sebanyak tiga kali. Dari luka tembak tersebut, Raja
Faisal kehabisan darah menghembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah
itu. Dari hasil penyidikan dan interogasi yang dilakukan, Faisal bin
Musaid mengaku bahwa pembunuhan itu atas dasar inisiatifnya sendiri,
selain teori konspirasi yang berhembus di masyarakat, petugas pun
mencurigai adanya kerusakan mental pada Faisal bin Musaid. Akhirnya tak
lama setalah itu, Ibnu Mus’ad (nama panggilan Faisal bin Musaid) itupun
dihukum qishos (bunuh) dihadapan khalayak.
Faisal lahir di Riyadh pada tahun 1906 dan merupakan anak keempat Raja ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman as-Saud, Raja pertama dari kalangan Bani Suud yang memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi. Ia memiliki darah keturunan Bani Tamim dari pihak ayah maupun ibunya, dan ia pun juga adalah seorang keturunan Suku Quraisy, sedangkan kita tahu bhw quraisy adalah suku dimana rasululloh dan para khalifah yg empat berasal.Dari pihak ayah , Raja Faishal adalah keturunan Muhammad bin Saud dan dari pihak ibu beliau adalah keturunan dari Syaikh Muhammad bin Abdul wahab, jadi dalam darah beliau mengalir darah umara dan ulama sekaligus.Subhanallah benar2 nashab yang luarbiasa.
Sedangkan kita telah tau bahwa Muhammad bin Saud dan Syaikh Muhammad bin Abdulwahab adalah dua orang yg menjadi cikal bakal berdirinya dinasti Saud.
Hafal al quran ketika Remaja
Faishal kecil, hidup dalam didikan agama dari ibunya (keturunan keluarga Syaikh ), dan ulama sekitarnya. Beliau telah menyelesaikan hafalan Al Qur’an dalam usia muda.
Subhanallah seorang raja juga seorang penghafal Al Qur’an. Sungguh sangat jarang di masa kini ada pemimpin yg seperti beliau. Bisa agan bayangkan jika Presiden kita juga seorang penghafal Al Qur’an…hmmm mantap
Masa Remaja Beliau
Dimasa remajanya, tepatnya diusia 16 tahun, Pangeran Faisal diangkat
menjadi panglima perang dan diberi kepercayaan memimpin sebuah ekspedisi
untuk memadamkan pemberontakan sebuah suku di wilayah Asir, Hijaz
bagian selatan. Pengalaman militernya kembali digembleng diusia 19
tahun, ketika diberi kepercayaan mengomandani sebuah pasukan untuk
merebut Jeddah dari suku Hashemit yang berhaluan Syi’ah Zaidiyah yang
seringkali membuat makar melawan Pemerintah di Hijaz. Pangeran Faisal
mencapai prestasi puncaknya dalam bidang militer pada tahun 1934,
setelah beliau berhasil merebut pelabuhan Hoderida dalam waktu yang
relatif singkat dari kekuasaan Negara Yaman Sekuler yang mana waktu itu
Negara Yaman Sekuler dibantu oleh militer Kerajaan Inggris.Pada tahun 1932, Raja ‘Abdul ‘Aziz pun memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi dengan Raja ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman sendiri sebagai Raja pertama pasca peresmiannya ini. Pada tahun ini pula, Pangeran Faisal diberi jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Arab Saudi. Pada sebuah pidato kenegaraannya dalam sebuah konferensi KTT Perdamaian dikota Versailles, Perancis, kharismanya berhasil memukau delegasi-delegasi negara asing yang hadir dalam konferensi tersebut.
Dilantik Menjadi Raja
Dan pada tanggal 2 November tahun 1964, Pangeran Faisal pun resmi dilantik sebagai Raja ketiga Arab Saudi menggantikan Raja Saud kakak tirinya dengan gelar Malik Faisal bin ‘Abdul ‘Aziz as-Saud.
Masa pemerintahan Beliau
Raja Faisal dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya, banyak sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai kepala negara.
menghapus perbudakan
Pada tahun 1967 Raja Faisal menggalakkan program penghapusan perbudakan, program ini ia lakukan dengan membeli seluruh budak di Arab Saudi dengan kas pribadinya hingga tak tersisa satupun budak yang dimiliki seorang majikan di negara itu, bahkan ada budak yang ia beli itu memiliki harga sangat mahal (dengan nilai mata uang dimasa itu), yaitu 2.800 dolar. Kemudian ia bebaskan budak-budak yang dibelinya tersebut dan dilanjutkan dengan pemberlakuan aturan tentang pelarangan adanya perbudakan di Arab Saudi untuk selamanya
Reformasi gaya hidup keluarga kerajaan
Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan serta melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana, dana dari hasil program diatas salah satunya terealisasi pada pembangunan sumur raksasa hingga sedalam 1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan tandus disemenanjung Arab.
Jihad melawan Israel dan embargo ekonomi ke AS
Pada tahun yang sama dengan pencanangan program penghapusan perbudakan, Raja Faisal menyerukan Agresi melawan Israel dalam rangka pembelaannya terhadap tanah suci Al-Quds (Yerusalem) dan menghentikan Israel dari program pemekaran wilayah negaranya atas daerah-daerah disekitarnya. Seruan ini dijawab positif oleh Mesir dan Syria yang kemudian tiga negara ini membentuk koalisi militer melawan Israel yang pada saat itu diback-up secara besar-besaran dalam modal dan persenjataan oleh sekutunya, Amerika Serikat. Pada awalnya pasukan koalisi Arab (kaum Muslimin) berada diatas angin dan menguasai pertempuran dengan mudah, setelah pasukan koalisi Arab dari negara Mesir berhasil memukul mundur pasukan Israel dari Syam dan berencana masuk ke wilayah negara Israel untuk memperkuat Al-Quds, tiba-tiba Amerika Serikat mengumumkan pernyataan ancaman terhadap Mesir tentang akan terjadinya pembantaian besar-besaran atas rakyat Mesir oleh Amerika jika Mesir nekat masuk ke wilayah Israel. Maka dalam rangka menyelamatkan negara dan rakyatnya, Gamal Abdul Nasir selaku pemimpin Mesir waktu itu pun terpaksa menarik mundur pasukannya dan mengurungkan niatnya masuk ke wilayah Israel.
Raja Faisal yang mendengar intimidasi itupun marah dan menyerukan perang secara ekonomi melawan Amerika, yaitu dengan mengembargo ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika. Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (N.A.T.O) yang tadinya mendukung Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika dikarenakan takut terkena embargo besar Raja Faisal tersebut. Akibat dari embargo tersebut atas Amerika Serikat adalah lumpuhnya sektor industri dan transportasi, bahkan perekonomiannya menjadi kacau hingga mengalami krisis berkepanjangan yang diperkirakan baru bisa pulih selama sepuluh tahun kedepan (sejak dimulainya embargo).Di Eropa dan Amerika rakyat pada antri BBM.
Quote:
Saat Kematian beliau (semoga beliau Syahid)
No comments :
Post a Comment