Saturday, February 21, 2015

BONGKAR DAN LURUSKAN SEJARAH Walisongo, dari Khilafah untuk Indonesia


'BONGKAR DAN LURUSKAN SEJARAH<br /><br />
Walisongo, dari Khilafah untuk Indonesia</p><br />
<p>Dalam kitab Kanzul 'Hum yang ditulis oleh Ibn<br /><br />
Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana<br /><br />
Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo<br /><br />
dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada<br /><br />
tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada<br /><br />
pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang<br /><br />
isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang<br /><br />
memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk<br /><br />
diberangkatkan ke Pulau Jawa.</p><br />
<p>Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai<br /><br />
atau ulama sekaligus merangkap wali(gubernur) distruktur Khilafah yang diutus khalifah di masa<br /><br />
Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di<br /><br />
Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya<br /><br />
sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-<br /><br />
masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang<br /><br />
awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin<br /><br />
oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki,<br /><br />
pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi<br /><br />
itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di<br /><br />
Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di<br /><br />
Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali<br /><br />
dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu<br /><br />
Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa,<br /><br />
dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten<br /><br />
sesungguhnya punya hubungan biologis dan<br /><br />
ideologis dengan Palestina.</p><br />
<p>Lalu ada Syekh Ja'far Shadiq dan Syarif<br /><br />
Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan<br /><br />
sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.<br /><br />
Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus<br /><br />
mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang<br /><br />
kemudian disebut Kudus – berasal dari nama kota<br /><br />
Al-Quds (Jerusalem dalam peta barat).</p><br />
<p>Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke<br /><br />
mana-mana hingga seperti yang kita lihat<br /><br />
sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada<br /><br />
dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah.<br /><br />
Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri,<br /><br />
padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain<br /><br />
dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.<br /><br />
Subhanallah...'
Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn
Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana
Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo
dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada
tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada
pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang
isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang
memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk
diberangkatkan ke Pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai
atau ulama sekaligus merangkap wali(gubernur) distruktur Khilafah yang diutus khalifah di masa
Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di
Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya
sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-
masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang
awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin
oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki,
pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi
itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di
Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di
Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali
dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu
Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa,
dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten
sesungguhnya punya hubungan biologis dan
ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif
Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan
sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.
Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus
mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang
kemudian disebut Kudus – berasal dari nama kota
Al-Quds (Jerusalem dalam peta barat).

Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke
mana-mana hingga seperti yang kita lihat
sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada
dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah.
Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri,
padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain
dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.
Subhanallah…
https://www.facebook.com/pages/Pondok-Pesantren-Al-Anshory-Tulusrejo-Grabag-Purworejo/157940200961628‎'" width="480" height="360" />
PESAN PENGASUH TENTANG NU DAN KHILAFAH ISLAMIYAH: SEHARUSNYA NU YANG TERDEPAN MEMPERJUANGKAN KHILAFAH SESUAI LAMBANG NU YAITU BOLA DUNIA DI IKAT DENGAN TALI DAN PESAN SALAM DARI NABI KHIDHIR AS UNTUK BELIAU
“Sudah semestinya NU berjuang di garda terdepan menegakkan syariah dan khilafah Islamiyyah sesuai lambang NU bola dunia diikat tali yang bermakna ukhuwwah Islamiyah secara global”. (Syaikhuna KH. Masrur Afandi Mustasyar Nahdlatul Ulama)
LAMBANG NU DAN RU’YAH AL HAQ (MIMPI YANG BENAR)
Lambang NU terdiri dari bumi dikelilingi tampar yang mengikat, untaian tampar berjumlah 99, lima bintang di atas bumi (yang tengah berukuran paling besar) dan empat bintang di bawah bumi. Terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab melintang di tengah bumi dan di bawah bumi ada tulisan NU dalam huruf latin.
Lambang NU diciptakan oleh K.H RIDWAN ABDULLAH (Surabaya) salah seorang a’wan syuriah PBNU periode pertama pada tahun 1926. Lambang itu dihasilkan dari sebuah mimpi setelah melakukan sholat istikhoroh, Sehingga diyakini bukan lambang sembarangan tapi memiliki makna yang sangat dalam.

Saat massa awal Muktamar NU generasi pertama, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari memanggil KH Ridwan Abdullah dan menanyakan asal mula pembuatan lambang NU yang diciptakannya. KH Ridwan Abdullah menyebutkan bahwa yang memberi tugas beliau adalah KH Abdul Wahab Hasbullah. Pembuatan gambar itu memakan waktu satu setengah bulan. KH Ridwan Abdullah juga menjelaskan bahwa sebelum menggambar lambang NU, terlebih dahulu dilakukan shalat istikharah, meminta petunjuk kepada Allah Swt. Hasilnya, beliau bermimpi melihat sebuah gambar di langit yang biru jernih. Bentuknya persis dengan gambar lambang NU yang kita lihat sekarang.
Setelah mendengar penjelasan KH Ridwan Abdullah, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari merasa puas. Kemudian beliau mengangkat kedua tangan sambil berdoa. Setelah memanjatkan doa beliau berkata, “Mudah mudahan Allah mengabulkan harapan yang dimaksud di lambang Nahdatul Ulama.”
KH Ridwan Abdullah telah dikenal sebagai Ulama yang punya bakat melukis, makanya KH Wahab Hasbullah meminta agar dibuatkan lambang NU yang bagus buat Jam’iyah kita ini agar lebih mudah mengenalinya, ujar KH Wahab kala itu.
Tentu saja permintaan KH Wahab yang mendadak tersebut agak sulit diterima, tetapi akhirnya disepakati juga demi kehebatan NU, maka Kiai Ridwan mulai mencari inspirasi. Beberapa kali sketsa lambang dibuat. Tetapi semuanya dirasakan masih belum mengena di hati, maka gambar dasar tersebut diganti lagi sampai beberapa kali. Usaha membuat gambar dasar lambang NU tersebut sudah diulang beberapa kali dengan penuh kesabaran hingga memakan waktu satu bulan setengah dengan demikian Kongres sudah diambang pintu semestinya sudah diselesaikan.
Sampai tiba waktunya KH Wahab pun datang menagih pesanan “mana Kyai, lambang NU-nya ?” Tanya Kiai Wahab, maka dijawab oleh KH Ridwan “Sudah beberapa sketsa lambang NU dibuat, tapi rasanya masih belum sesuai, untuk lambang NU, karena itu belum bisa kami selesaikan”. Mendengar jawaban itu KH Wahab mendesak dengan mengatakan “seminggu sebelum Kongres sebaiknya gambar sudah jadi lho”. Melihat ketidakpastian itu Kiai Ridwan hanya menjawab “Insya Allah”.
Bagaimanapun waktu untuk membuat gambar yang sempurna, sudah demikian sempitnya. Maka jalan yang ditempuh oleh KH Ridwan adalah melakukan shalat “istikharoh”. Minta petunjuk kepada Allah SWT. Pada suatu ketika Sholat malampun dilakukan. Seusai sholat KH Ridwan tidur lagi. Dalam tidurnya KH Ridwan mendapat petunjuk melalui mimpi, ia tiba-tiba melihat sebuah gambar di langit biru. Bentuknya sama dengan lambang NU yang sekarang.
Pada waktu itu, jam dinding sekitar pukul 2 malam. Setelah terbangun dari tidur KH Ridwan langsung mengambil kertas dan pena. Sambil mencoba mengingat-ingat sebuah tanda di langit biru, dalam mimpinya, pelan-pelan symbol dalam mipimpi tersebut dicoba divisualisasikan. Tak lama kemudian sketsa lambang NU pun jadi dan mirip betul dengan gambar dalam mimpinya.
Pada pagi harinya, sketsa kasar tersebut disempurnakan dan diberi tulisan Nahdlatul Ulama dari huruf Arab dan NU huruf latin. Dalam sehari penuh gambar tersebut dapat diselesaikan dengan sempurna. Maklum Kiai Ridwan adalah seorang pelukis yang berbakat.
Kesulitan yang kedua dihadapi oleh KH Ridwan adalah bagaimana mencari bahan kain untuk menuangkan lambang tersebut sebagai dekorasi dalam medan Kongres. Beberapa toko di Surabaya dimasuki tak ada yang cocok karena warna warna yang terlihat didalam mimpi tak ada yang cocok dengan warna kain yang ada di toko-toko Surabaya. Akhirnya KH RIdwan mencoba carinya ke Malang, kebetulan kain yang dicari-cari ditemukan sayang hanya sisa 4 X 6 meter. Walaupun jumlahnya hanya sedikit tapi tetap dibeli dan di bawa pulang ke Surabaya dan langsung dipotong sesuai dengan ukuran gambar yang sudah dirancang. Bentuk lambang NU itu dibuat memanjang ke bawah. Lebar 4 meter Panjang 6 meter, ini merupakan bentuk asli lambang NU.
Menjelang pembukaan Muktamar symbol NU telah dipasang di arena Muktamar yang megah, symbol baru itu menambah keindahan suasana. Ketika Muktamar dibuka dan pada Muktamirin diperkenalkan symbol baru tersebut, maka semua hadirin yang berjumlah 18 ribu orang itu berdecak kagum melihat gambar yang indah dan sakral tersebut. Simbol tersebut memang mewakili dinamika abad ke 19. Karena itu pada perjalanan berikutnya mengalami penyederhanaan sebagai pendinamisasian, sesuai dengan semangat zaman yang mulai bergerak menuju kemajuan, dan didorong oleh semangat perjuangan menuju Khilafah Islamiyyah.
Kebenaran Mimpi Orang Mukmin Pada Akhir Zaman
Pada akhir zaman, Sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwa mimpi baik atau benar atau mendekati kebenaran yang dilihat orang mukminin apalagi seorang Ulama merupakan dalil dalil atau tanda tanda khusus dari Allah SWT baginya. Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa mimpi yang baik dan benar itu merupakan seperempat puluh enam (1/46) dari kenabian.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:
ﺍﻟﺮُّﺅْﻳَﺎ ﺍﻟْﺤَﺴَﻨَﺔُ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺢِ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺳِﺘَّﺔٍ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌِﻴﻦَ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓِ
“Mimpi baik yang berasal dari seorang yang saleh adalah satu bagian dari 46 bagian kenabian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits Tirmidzi 2196
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻧَﺼْﺮُ ﺑْﻦُ ﻋَﻠِﻲٍّ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏِ ﺍﻟﺜَّﻘَﻔِﻲُّ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﻳُّﻮﺏُ ﻋَﻦْ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﺳِﻴﺮِﻳﻦَ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَﺍ ﺍﻗْﺘَﺮَﺏَ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥُ ﻟَﻢْ ﺗَﻜَﺪْ ﺭُﺅْﻳَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﺗَﻜْﺬِﺏُ ﻭَﺃَﺻْﺪَﻗُﻬُﻢْ ﺭُﺅْﻳَﺎ ﺃَﺻْﺪَﻗُﻬُﻢْ ﺣَﺪِﻳﺜًﺎ ﻭَﺭُﺅْﻳَﺎ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺳِﺘَّﺔٍ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌِﻴﻦَ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓِ ﻭَﺍﻟﺮُّﺅْﻳَﺎ ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻓَﺎﻟﺮُّﺅْﻳَﺎ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺔُ ﺑُﺸْﺮَﻯ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﺮُّﺅْﻳَﺎ ﻣِﻦْ ﺗَﺤْﺰِﻳﻦِ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﻭَﺍﻟﺮُّﺅْﻳَﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﺤَﺪِّﺙُ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻯ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻣَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ ﻓَﻠْﻴَﻘُﻢْ ﻓَﻠْﻴَﺘْﻔُﻞْ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺤَﺪِّﺙْ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﺃُﺣِﺐُّ ﺍﻟْﻘَﻴْﺪَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡِ ﻭَﺃَﻛْﺮَﻩُ ﺍﻟْﻐُﻞَّ ﺍﻟْﻘَﻴْﺪُ ﺛَﺒَﺎﺕٌ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺣَﺴَﻦٌ ﺻَﺤِﻴﺢٌ

Bila waktu sudah terasa dekat kiamat, hampir mimpi mu`min bukanlah bohong, & mimpi mereka yg paling benar adl yg paling benar kata-katanya & mimpi muslim adl satu dari empat puluh enam bagian kenabian, mimpi itu ada tiga; mimpi yg baik adl khabar gembira dari Allah, mimpi dari kesedihan yg dibuat setan & mimpi yg dibisikkan oleh jiwa seseorang, bila salah seorang dari kalian bermimpi sesuatu yg tak ia suka, hendaklah meludah & tak memberitahukannya kepada orang-orang. Beliau bersabda: Aku suka ikatan dalam tidur & aku tak suka pengkhianatan, ikatan itu adl teguh dalam agama. Berkata Abu Isa: Hadits hasan shahih. [HR. Tirmidzi No.2196 ].
Hadits Tirmidzi 2197

ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻣَﺤْﻤُﻮﺩُ ﺑْﻦُ ﻏَﻴْﻠَﺎﻥَ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﺩَﺍﻭُﺩَ ﻋَﻦْ ﺷُﻌْﺒَﺔَ ﻋَﻦْ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓَ ﺃَﻧَّﻪُ ﺳَﻤِﻊَ ﺃَﻧَﺴًﺎ ﻳُﺤَﺪِّﺙُ ﻋَﻦْ ﻋُﺒَﺎﺩَﺓَ ﺑْﻦِ ﺍﻟﺼَّﺎﻣِﺖِ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺭُﺅْﻳَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺳِﺘَّﺔٍ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌِﻴﻦَ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓِ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﺎﺏ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻭَﺃَﺑِﻲ ﺭَﺯِﻳﻦٍ ﺍﻟْﻌُﻘَﻴْﻠِﻲِّ ﻭَﺃَﺑِﻲ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﻭَﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﻭَﻋَﻮْﻑِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﻭَﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﻭَﺃَﻧَﺲٍ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﺣَﺪِﻳﺚُ ﻋُﺒَﺎﺩَﺓَ ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺻَﺤِﻴﺢٌ
Mimpi seorang mukmin adl satu dari empat puluh enam bagian kenabian. Berkata Abu Isa: Dan dalam bab ini ada hadits dari Abu Hurairah, Abu Razin Al ‘Uqaili, Abu sa’id, Abdullah bin ‘Amru, ‘Auf bin Malik, Ibnu Umar & Anas. Berkata Abu Isa: Hadits Ubadah adl hadits shahih. [HR. Tirmidzi No.2197 ].
Disebutkan dalam riwayat Imam Muslim no. 4200 dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu secara marfu':
ﺇِﺫَﺍ ﺍﻗْﺘَﺮَﺏَ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥُ ﻟَﻢْ ﺗَﻜَﺪْ ﺭُﺅْﻳَﺎ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺗَﻜْﺬِﺏُ ﻭَﺃَﺻْﺪَﻗُﻜُﻢْ ﺭُﺅْﻳَﺎ ﺃَﺻْﺪَﻗُﻜُﻢْ ﺣَﺪِﻳﺜًﺎ
ﻭَﺭُﺅْﻳَﺎ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺧَﻤْﺲٍ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌِﻴﻦَ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓِ ﻭَﺍﻟﺮُّﺅْﻳَﺎ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٌ
ﻓَﺮُﺅْﻳَﺎ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺔِ ﺑُﺸْﺮَﻯ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭُﺅْﻳَﺎ ﺗَﺤْﺰِﻳﻦٌ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﻭَﺭُﺅْﻳَﺎ ﻣِﻤَّﺎ
ﻳُﺤَﺪِّﺙُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀُ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻓَﺈِﻥْ ﺭَﺃَﻯ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻣَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ ﻓَﻠْﻴَﻘُﻢْ ﻓَﻠْﻴُﺼَﻞِّ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺤَﺪِّﺙْ ﺑِﻬَﺎ
ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ

“Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan orang yang paling benar mimpinya di antara kalian adalah yang paling benar ucapannya. Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari 45 macam nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayal seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.”
PESAN SALAM DARI NABI KHIDHIR AS BUAT KH. MASRUR AFANDI
Pernah suatu ketika datang tamu dari ahli Thoriqot dari kampung kepada Kiai Masrur. Tamu tersebut datang karena di datangi dan di temui Nabi Khidhir AS. Nabi Khidhir berkata : بلغ السلام عني إلي كياهي Masrur. “Sampaikan Salam Dariku (Nabi Khidhir) Untuk Kiyai Masrur. Wallahu Alam
Sumber:https://www.Iwanblogwordpress.com

No comments :

Post a Comment