Struktur fosil pada sampel meteor yang jatuh di Sri Lanka dapat ditafsirkan sebagai bukti tegas adanya biologi, atau bukti kehidupan di luar planet Bumi.
Fosil kecil dalam sampel meteor jatuh di Sri Lanka
pada bulan Desember lalu merupakan bukti adanya kehidupan di luar bumi.
Dalam penelitian itu, Wickramasinghe menggunakan mikroskop elektron
untuk mempelajari sisa-sisa meteorit besar yang jatuh di dekat Sri
Lanka, desa Polonnaruwa pada tanggal 29 Desember 2012. Berita ini sempat
dirilis Huffington Post edisi 18 Januari 2013.
Setelah bola api besar terlihat oleh sejumlah orang di langit Sri
Lanka pada tanggal 29 Desember 2012, sebuah meteorit besar hancur dan
jatuh di desa Araganwila, yang terletak beberapa mil jauhnya dari kota
kuno bersejarah Polonnaruwa. Ketika meteor diperiksa melalui mikroskop
cahaya, menunjukkan materi ini yang sangat berpori dan struktur komposit
berkarakteristik Chondrite karbon, dengan permukaan halus terhubung
dengan inter growths mineral. Beberapa persen karbon seperti yang
diungkapkan oleh EDX analisis menegaskan status dari meteorit karbon.
Karakteristik baru meteorit memiliki kesamaan yang mencolok dengan
meteor yang memiliki Chondrite biasa yang jatuh di Denmark pada tanggal
17 Januari 2009, meskipun porositas tampaknya secara signifikan lebih
rendah.
Fosil diatom meteor Sri Lanka / Credit: Chandra Wickramasinghe
Meteorit ini diidentifikasi sebagai materi yang muncul dari suatu
komet punah, fragmen terkait dengan komet Encke. Mengingat
kedekatan terjadinya dalam tahun kalender antara Maribo dan peristiwa
Polonnaruwa.
Fosil Diatom Luar Angkasa Terbawa Meteor
Wickramasinghe, seorang direktur Buckingham Centre for Astrobiology
di Universitas Buckingham, Inggris. Makalah Chandra Wickramasinghe yang
diterbitkan Journal of Cosmology, menyatakan bahwa dirinya telah
menemukan bukti kuat adanya kehidupan di seluruh alam semesta.
Desember lalu, dia dan rekannya menemukan karakteristik mikrostruktur
dan morfologi kelas diatom terestrial. Mereka menyimpulkan bahwa adanya
struktur semacam ini di luar angkasa dapat ditafsirkan sebagai bukti
tegas adanya biologi, atau bukti kehidupan di luar planet Bumi.
Wickramasinghe dan astronom Sir Fred Hoyle, mengembangkan teori
Panspermia, yang menyatakan adanya kehidupan di seluruh alam semesta dan
disebarkan melalui meteor dan asteroid. Identifikasi fosil diatom (kelompok alga plankton
yang paling sering ditemui, kebanyakan bersel tunggal) dalam meteorit
Polonnaruwa sangat layak dan tidak diragukan, karena dianggap sebagai
fragmen komet yang sudah punah.
Pada tahun 1962, Hoyle dan Wickramasinghe mempelopori teori butiran
karbon di ruang angkasa untuk menggantikan teori butiran es yang
ditentang oleh komunitas astronomi. Tetapi dengan spektroskopi
inframerah, teori butiran es menjadi cara baru menggantikan teori debu
karbon.
Selama beberapa tahun setelah meneliti berbagai model meteor,
Wickramasinghe menyimpulkan bahwa materi ini sangat mirip dengan
biomaterial yang ada pada semua data astronomi, dan mempertimbangkan
kemungkinan bahwa biologi ataupun mikrobiologi memiliki
karakter universal. Dan tidak ada pengamatan astronomi ataupun informasi
baru biologi yang memberikan bukti sebaliknya. Selama hampir lima
dekade bukti yang mendukung asal usul kehidupan non-terestrial dan
Panspermia telah terakumulasi yang dinilai belum benar.
Semetara astronom Phil Plait menentang temuan Wickramasinghe, dia
menyatakan bahwa diatom yang ditemukan pada meteor berasal dari jenis
ganggang, tanaman hidup mikroskopis, spesies air tawar yang ditemukan di
Bumi. Dan Wickramasinghe tidak menyangkal bahwa sampel meteor yang
dianalisa mengandung diatom air tawar. Akan tetapi,.. ada setengah lusin
spesies yang belum mampu diidentifikasi ahli diatom.
Bukti mikroskopis pada sampel meteor jatuh di Sri Lanka tentunya berdampak provokatif, tapi apakah benar-benar membuktikan adanya kehidupan di luar bumi?
No comments :
Post a Comment