Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan Charles
Darwin pernah berujar, ”Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam
lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim
sampai meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral.” Al-Jahiz
lah ahli biologi Muslim yang pertama kali mengembangkan sebuah teori
evolusi.
Ilmuwan dari abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak lingkungan
terhadap kemungkinan seekor binatang untuk tetap bertahan hidup. Sejarah
peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang
mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle for existence).
Untuk dapat bertahan hidup, papar dia, makhluk hidup harus
berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup. Al Jahiz
dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang
membantu perekonomian keluarga yang morat-marit dengan menjual ikan, ia
tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains.
Al Jahiz bersekolah hingga usia 25 tahun. Di sekolah, Al-Jahiz
mempelajari banyak hal, seperti puisi Arab, filsafat Arab, sejarah Arab
dan Persia sebelum Islam, serta Al-Qur’an dan hadist.
Al-Jahiz juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan.
Menurutnya, lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni
sebuah komunitas tertentu. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia
terjadi akibat hasil dari lingkungan tempat mereka tinggal.
Berkat teori-teori yang begitu cemerlang, Al-Jahiz pun dikenal
sebagai ahli biologi terbesar yang pernah lahir di dunia Islam. Ilmuwan
yang amat tersohor di kota Basra, Irak itu berhasil menuliskan kitab
Ritab Al-Haywan (Buku tentang Binatang). Dalam kitab itu dia menulis
tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang.
Al-Jahiz pun tercatat sebagai ahli biologi pertama yang mencatat
perubahan hidup burung melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M.
Al-Jahiz sudah mampu menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran
binatang melalui penyulingan.
Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh terhadap
ilmuwan Persia, Al-Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri. Karirnya
sebagai penulis ia awali dengan menulis artikel. Ketika itu Al-Jahiz
masih di Basra. Sejak itu, ia terus menulis hingga menulis dua ratus
buku semasa hidupnya.
Pada abad ke-11, Khatib al-Baghdadi menuduh Al-Jahiz memplagiat
sebagian pekerjaannya dari Kitab al-Hayawan of Aristotle. Selain
al-Hayawan, beliau juga menulis kitab al-Bukhala (Book of Misers or
Avarice & the Avaricious), Kitab al-Bayan wa al-Tabyin (The Book of
eloquence and demonstration), Kitab Moufakharat al Jawari wal Ghilman
(The book of dithyramb of concubines and ephebes), dan Risalat
mufakharat al-sudan ‘ala al-bidan (Superiority Of The Blacks To The
Whites).
Suatu ketika, pada tahun 816 M ia pindah ke Baghdad. Al-Jahiz
meninggal setelah lima puluh tahun menetap di Baghdad pada tahun 869,
ketika ia berusia 93 tahun. (islamsiana)
No comments :
Post a Comment