Friday, February 13, 2015

Sejarah konstantinopel/byzantium sampai kejatuhannya, prediksi Rasulullah, Imam Al Mahdi, Bangsa Arab, Bangsa Persia, invasi besar-besaran Amerika ke Afganistan dan Irak, dan akhir zaman,,,,,, Berhubungankah? BAG I

Mungkin kalian semua  akan terkejut melihat judul di atas, saya akan jelaskan satu-persatu kenapa saya buat judul seperti. Saya tertarik mempelajari ini karena ini adalah sejarah dunia yang paling besar dan berhubungan dengan akhir zaman. Tapi sebelum saya mulai, saya mau minta maaf dulu apabila tulisan saya nanti ada yang salah, karena artikel kali saya akan menyampaikan tentang pemikiran saya yang saya gabungkan dengan apa yang saya baca. Langsung tancap aja bro, dan pertama kita mulai dari Byzantium sampai seterusnya….DI kutip dari https://iwanblog.wordpress.com/
Byzantium
Byzantium adalah sebuah kota yunani kuno yang menurut legenda didirikan oleh para warga koloni yunani dari Megara pada tahun 667 SM dan dinamai menurut nama raja mereka Byzas atau Byzantas. Nama Byzantium merupakan latinisasi dari nama asli kota tersebut Byzantion, kota ini kelak menjadi pusat kekaisaran Byzantium (kekaisaran Romawi menjelang dan pada abad pertengahan dengan nama Konstantinopel).
Pada tahun 196 M, kota ini dikepung oleh pasukan Romawi dan menderita kerusakan parah. Byzantium kemudian dibangun kembali oleh Septimus Severus, yang pada saat itu telah menjadi kaisar dan dengan segera memulihkan kemakmurannya. Lokasi Byzantium menarik perhatian Kaisar Romawi Konstantinus I yang pada tahun 330 M, membangun ulang kota itu menjadi Nova Roma. Setelah mangkatnya, kota ini disebut Konstantinopel (Kota Konstantinus). Kota ini selanjutnya menjadi ibukota Kekaisaran Romawi timur.
Kombinasi imperialisme dan lokasi ini mempengaruhi peran Konstantinopel sebagai titik penyeberangan antara dua benua Eropa dan Asia. Kota ini merupakan sebuah magnet komersial, cultural dan diplomatic. Dengan letak strategisnya itu Konstantinopel mampu mengendalikan rute antara Asia dan Eropa, serta pelayaran dari laut mediterania ke Laut Hitam.
Pada tanggal 29 mei 1453, kota ini jatuh ke tangan Bangsa Turki Ottoman dan sekali lagi menjadi ibukota dari Negara yang kuat, yakni kerajaan Ottoman. Bangsa Turki menyebut kota ini Istanbul (meskipun tidak secara resmi sampai tahun 1930) dan terus menjadi kota terbesar dari Republik Turki, sekalipun yang menjadi ibukota Turki adalah Ankara
Kembali lagi pada tahun 670 SM, warga kota Byzantium menjadikan bulan sabit sebagai lambang Negara mereka, sesudah sebuah kemenangan penting. Akan tetapi, asal usul bulan sabit dan bintang sebagai lambang berasal jauh dari zaman sebelumnya yaitu zaman Babylonia dan Mesir kuno tempat dimana dewa HORUS (luciferian) berasal dan Tuhannya para ILLUMINATI. Sekalipun demikian, Byzantium adalah Negara berpemerintahan PERTAMA yang menggunakan bulan sabit sebagai lambang nasionalnya. Pada tahun 330 M, Konstantinus I menambahkan bintang PERAWAN MARIA pada bendera bulan sabit tersebut.
Bulan sabit dan bintang tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh dunia Kristen usai jatuhnya Konstantinopel. Sampai sekarang bendera resmi dari Patriark Ortodoks Yerusalem adalah sebuah labarum putih, sebuah gedung gereja dengan dua menara, dan pada bagian atas terlukis sebuah bulan sabit hitam yang menghadap ke tengah dan sebuah bintang bersinar.
Jatuhnya Konstantinopel Ke Tangan Pemerintahan Islam
 
 Gaung penaklukan Konstantinopel telah bergema dikalangan kaum muslimin semenjak Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya, dari Abu Qubail, ia berkata: “kami pernah berada di sisi Abdullah bin Amr bin Al-Ash”, ia ditanya: “yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” kemudian Abdullah meminta peti kitabnya yang masih tertutup. Abu Qubail berkata: “kemudia ia mengeluarkan sebuah kitab dari padanya. Lalu Abdullah berkata: “ketika kami sedang menulis disekeliling Rasulullah SAW tiba-tiba beliau ditanya: “yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma? Kemudian Rasulullah menjawab: “kota heraklius akan ditaklukan terlebih dahulu, yakni kota Konstantinopel”.
Menurut Husain hadits ini dikeluarkan oleh ahmad dan terdapat di dalam Al-Mustadrak di beberapa tempat. Dishahihkan oleh AL-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, juga disepakati oleh Al-Bani di dalam Silsilah Al-Haditsish Shihah 1/8
Penaklukan Konstantinopel seperti yang diprediksikan Rasulullah di atas, terjadi setelah melewati masa yang amat panjang yakni 8 abad sejak Rasulullah menyampaikan sabdanya.
627 M:
Rasulullah SAW melayangkan surat dakwah pada kaisar Romawi, Heraklius.
629 M:
Terjadi perang Mu’tah yang dilatarbelakangi pembunuhan da’i-da’I Islam oleh orang-orang Ghasasanah (negara satelit Romawi). Dalam perang ini Romawi mengirim bantuan 100.000 orang pasukan dan dibantu oleh sekutunya orang-orang Qadha’ah  sebanyak 100.000 orang, sehingga total pasukan berjumlah 200.000 orang, sedangkan jumlah pasukan kaum muslimin adalah 3.000 orang. Pertempuran dalam perang ini berlangsung imbang selama 7 hari. Pasukan muslim yang dipimpin Khalid bin Walid kemudian mundur teratur, langkah ini dipuji Rasulullah SAW.
630 M:
Terjadi perang Tabuk, karena terdengar kabar bahwa Romawi telah memobilisasi pasukannya untuk menyerang Madinah. Jumlah pasukan kaum muslimin saat itu antara 30.000 sampai 50.000 orang, mereka keluar dari Madinah menuju Tabuk yang berjarak 600 KM dari Madinah. Namun ketika pasukan sampai di Tabuk, pasukan Romawi telah mundur.
648 M:
Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, atas usulan Mu’awwiyah kaum muslimin membangun armada angkatan laut sebanyak 1600 kapal. Hal ini dibutuhkan untuk pengamanan wilayah Afrika Utara yang telah dikuasai kaum muslimin, dan juga dibutuhkan untuk penaklukan Romawi. Karena tidak seperti Persia yang terkonsentrasi dalam suatu wilayah daratan, Romawi wilayahnya terletak di tiga benua yang dibatasi oleh Laut Tengah dan ibukotanya, Konstantinopel, terletak di selat yang mengantarai Laut Tengah dengan Laut Mati. Dari manapun arahnya, penyerangan ke arah Konstantinopel lewat Asia atau Afrika harus melewati laut. Oleh karena itu selain diperlukan angkatan darat yang kuat, angkatan laut akan sangat menentukan.
650 M: 
Armada Islam yang dipimpin Abdullah bin Abu Sarah bertemu Armada Romawi di Mount Phoenix yang dipimpin Kaisar Konstantin II. Armada Romawi hancur lebur, konon 20.000 orang pasukannya tewas. Pertempuran ini sangat menentukan. Selangkah lgi kaum muslimin akan menghampiri ibukota Romawi. Namun sayang, kemelut yang terjadi di Madinah akibat timbulnya fitnah terhadap Khalifah Utsman bin Affan membuat Mu’awiyah lebih tertarik mengurus persoalan dalam negeri.
668 M:
Pada masa kekhalifahan Mu’awiyah, kaum muslimin menyerang Romawi dengan menggunakan dua jalur, laut dan darat. Dari laut armada Islam dikerahkan ke Hellespont menuju Laut marmara sampai ke Selat Bosporus. Dari darat, mereka menerobos Asia kecil menuju kota Chalcedon yang berada di selat Bosporus. Pasukan darat kemudian dijemput armada laut dan diseberangkan ke pantai kota benteng Konstantinopel. Namun sayang, kekuatan benteng Konstantinopel diluar perhitungan Muawiyah. Benteng itu sukar ditembus. Kesulitan lebih besar lagi ketika pasukan Romawi menggunakan senjata terbarunya yang disebut Greek Fire atau Wet Fire. Senjata ini berupa bola-bola berisi cairan naftha yang dilontarkan dan pecah sehingga bertebaran di permukaan laut. Kemudian dari atas benteng pasukan Romawi menembakkan panah api ke laut, sehingga laut pun terbakar. Pasukan muslim hancur dalam penyerbuan ini. Salah seorang sahabat yang rumahnya pertama kali dikunjungi Rasulullah ketika hijrah, Abu Ayyub Al-Anshary, syahid dan dikubur di balik dinding Konstantinopel yang kokoh itu. Berikutnya kaum muslimin menghindari pengepungan langsung terhadap ibu kota Romawi, pertempuran-pertempuran darat selanjutnya selama berabad-abad diarahkan untuk menyempitkan wilayah Romawi.
717 M: 
Maslamah bin Abdul Malik meninggal pada saat melakukan pengepungan Konstantinpel. Peristiwa ini terjadi pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik (Bani Umayyah).
717 – 719 M:
Ini adalah masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, pada masanya pengepungan Konstantinopel terhenti, pasukan Islam ditarik mundur.
1389 M:
Sultan Murad I bin Urkhan menyerang semenanjung Balkan. Menaklukan Adrianapole dan menjadikannya sebagai ibukota . Dia memperluas wilayah dan menguasai Shopia ibukota Bulgaria dan salanika ibukota Yunani. Juga mengalahkan Serbia.
1396 M:
Atas dorongan Paus, orang-orang Eropa bergerak ke Konstantinopel untuk menyerang Beyzid I bin Murad yang sedang melakukan pengepungan Konstantinopel. Namun pasukan besar tersebut dapat dikalahkan oleh Beyzid. Tapi Timurlank dengan pasukan Tartarnya menyerbu tempat ini. Mereka memasuki Ankara dan menghancurkan sejumlah besar pasukan Utsmaniyah. Lalu menahan Sultan Beyzid yang kemudian meninggal dalam tahannannya. Timurlank mengembalikan pemerintahan-pemerintahan Anatolia kepada pemiliknya. Pemerintahan-pemerintahan Eropa ini lalu memisahkan diri seperti Bulgaria, Serbia, dan valacie.
1420 – 1451 M:
Ini adalah masa pemerintahan Murad II bin Muhammad, ia mengepung Konstantinopel dan mengembalikan seluruh pemerintahan yang memisahkan diri ke dalam perlindungan pemerintahannya. Juga berusaha mengembalikan pemerintahan-pemerintahan Eropa (Bulgaria, Serbia, dan valachie) serta menguasai Albania.
1452 M:
Sultan Muhammad II memerintahkan pasukannya mendirikan benteng di pantai selat Bosporus. Benteng itu dikerjakan selama 3 bulan, lalu mereka bertahan mengepung Konstantinopel.
1453 M:
Pada suatu malam armada Turki Utsmani menyusur selat Bosporus menuju Konstantinopel. Sebanyak 70 buah kapal terpaksa diseret ke darat sejauh 5 km untuk kemudian dilayarkan lagi di laut. Romawi memang memasang rantai-rantai besar yang menghalangi perjalanan laut. Pada malam itu meriam-meriam Turki menyalak dengan dahsyatnya. Seiring kegoncangan dalam benteng, masuklah tentara Islam menyerbu. Pertempuran pecah di laut dan juga di benteng. Pagi subuh, 29 Mei 1453 M jatuhlah Konstantinopel ke tangan kaum muslimin. Pekik takbir menggema dimana-mana. Terealisir sudah janji Rasulullah SAW, melalui perjalanan panjang perjuangan kaum muslimin.
Untaian peristiwa yang disebutkan dalam tulisan di atas, harus dilihat dalam konteks saat itu dimana Islam yang sedang berkembang menimbulkan kecemasan penguasa-penguasa (baca: Romawi & Persia) saat itu. Sehingga masing-masing pihak merasa harus mempertahankan eksistensinya.
Umat Islam sendiri sesungguhnya konsisten dengan misinya yaitu dakwah Islam, adapun terjadinya benturan-benturan kekuatan karena pihak-pihak lain menghalangi laju gerakan dakwah Islam dengan kekuatan. Seorang sahabat Nabi, Rib’i bin Amr pernah ditanya oleh Rustum, Komandan perang Persia: “Apa yang kalian inginkan?”. Rib’i menjawab:”Kami hanyalah ingin membebaskan manusia dari penghambakan kepada makhluk menjadi penghambaan kepada Khalik (Sang Pencipta); kami hanya ingin mengajak manusia dari sempitnya dunia kepada luasnya akhirat; kami ingin membebaskan manusia dari kezaliman tirani dan menyeru kepada keadilan Islam…”
Nabi Muhammad tidak memerintahkan umatnya untuk memaksa orang masuk Islam, atau membunuh orang yang tidak seagama. Justru yang beliau sampaikan adalah firman Allah: “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa (Al-Maidah: 8).
Firman-Nya yang lain:”Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8).
Karenanya tidaklah Nabi mengusir dan membunuh Yahudi kecuali karena mereka melakukan pengkhianatan kepada negara Madinah tempat mereka dan kaum muslimin hidup berdampingan.
Sementara orang-orang non muslim yang tidak mengusik umat Islam dan mau hidup berdampingan dengan adil, merasakan kenikmatan indahnya hidup di bawah naungan pemerintahan Islam. Sehingga penduduk Nasrani Palestina (Elia) pada masa lalu, semuanya menangis tersedu-sedu ketika ditinggalkan kaum muslimin. Mereka mengatakan: “Sungguh orang-orang Romawi itu seagama dengan kami, namun mereka membunuh anak-anak kami dan memporak-porandakan rumah dan ladang kami, sedangkan kalian selalu berbuat adil kepada kami…”
Oleh karena itu kalau mau jujur melihat sejarah Islam, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa penguasaan dakwah Islam atas wilayah-wilayah lain di dunia membawa barakah.
Saya pernah dengar salah seorang Ustadz menyampaikan bahwa Gustav Le Bon (sejarawan Perancis?) pernah mengatakan:”Tidak pernah agama Yahudi, Kristen, dan Islam dapat hidup berdampingan dengan harmonis, kecuali pada masa pemerintahan Islam”.
Nah sampai disini dulu artikelnya, dan akan saya sambung lagi kelanjutannya di part 2 nanti..

No comments :

Post a Comment