Di usia muda, pria ini mulai menapaki jalan sebagai entrepreneur.
Sejak di Sekolah Menengah Atas (SMA), Aditya berkeinginan menjadi
wirausahawan. Bagi pria kelahiran 1 November 1992 ini, tak harus
menunggu dewasa untuk terjun berbisnis. Masa muda diyakini waktu yang
tepat untuk mencoba peruntungan dan mengukur kemampuan diri.
“Usia muda adalah awal terbaik untuk mencari pengalaman. Dengan membuka
usaha, kita juga dapat memberi lapangan pekerjaan bagi orang lain,”
ucapnya. Sejak dua tahun lalu, Aditya bersama tiga rekan semasa sekolah
di SMA Ora et Labora BSD mulai merintis usaha. Mengunsung konsep roppan,
usaha ini dinamai Cafe Tutup Panci. Mereka melihat saat ini di kawasan
BSD masih jarang terdapat tempat nongkrong. Kafe ini menyasar segmen
anak muda dan keluarga. “Sesuai tagline Tutup Panci ‘It Share Love’,
kami ingin menjadikan kafe ini tempat makan sekaligus berbagi keceriaan
dan kebersamaan.”
Mahasiswa tingkat akhir Jurusan Hotel and Tourism Management, Swiss
German University, ini mengatakan, ilmu yang didapat di bangku kuliah
banyak bermanfaat dalam perjalanan usahanya. “Bisnis pertama ini adalah
pengalaman awal berwirausaha. Nantinya saya berkeinginan untuk memiliki
restoran sendiri,” terangnya.
Memulai usaha di usia muda bukan tanpa kendala. Hal ini juga dialami
Aditya bersama rekannya. Me-manage karyawan dalam hal produk dan
pelayanan menjadi tantangan tersendiri. Pasang surut bisnis juga pernah
menerpa Tutup Panci. Sempat ingin menyerah, tapi keempat anak muda ini
kembali ke komitmen awal membuka usaha. Mereka pun sukses menjaga
eksistensi Tutup Panci hingga kini. Bahkan, kini terus dikembangkan
dengan memperluas tempat usahanya. “Kami berempat tentu terkadang punya
pendapat beda. Maka kami selalu berusaha saling mendengarkan dan
melakukan evaluasi. Saya kira bila kita sungguh-sungguh, semua kendala
bisa dilalui. Intinya, bila ada kesempatan harus dimanfaatkan. Jangan
takut mencoba karena takut gagal. Semua adalah proses menuju
kesuksesan,” pungkasnya.
|
No comments :
Post a Comment