Saat presiden Soeharto berkunjung ke Pakistan, moment itu juga di gunakan oleh LB. Moerdani untuk bertemu dengan kepala intelejen Pakistan untuk membahas permintaan pejuang Afganistan untuk bantuan
senjata pada Indonesia.
” Sovyet memang pernah bantu kita dalam merebut papua, cuma hubungan memburuk dan banyak senjata tergeletak yang yak terpakai ya kita kaaih aja” ujar Masekal Purnawirawan Teddy Rusdi. Teddy juga lah yang melaksanakan semua operasi babut mabur di lapangan.
Sekitar 2000 pucuk senjata AK. 47 berhasil di kumpulkan dan di satukan semua di lanud Halim… senjata semua di masukan ke box dan di kamuflase dengan selimut dan obat obatan…. di tambah lagi dengan semua no seri harid di hapus agar tak terlacak….
Awalnya senjata akan di titip Amerika, cuma akhirnya Benny memutuskan Indoneaia akan mengirim sendiri senjata tersebut dengan kargo udara, dengan menggunakan Boing 707 Pelita Air, Teddy memimpin pengiriman senjata ke Rawalpindi – Pakistan, dengan transit di Diego Garcia, sebuah pangkalan US yang sangat rahasia.
Akhirnya pesawat sampai di tujuan dan intelejen pakistan menyambut dengan 20 truk untuk membawa senjata tersebut
Selama misi ini berlangsung, atase militer RI di Pakistan pun yang saat itu di jabat Kolonel Kavaleri Harjanto tak tahu, sedang pengawasan pengiriman udara tanggung jawabnya di serahkan pada Kuntara, seorang intel yang di tempatkan di Rawalpindi.
Setelah melewati jalan darat yg berliku, akhirnya bantuan sampai dan di terima langsung pimpinan pejuang Mujahidin di Nangashar.
No comments :
Post a Comment