Di kutip dari https://iwanblog.wordpress.com/. Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak
berabad-abad lalu. Beraneka ragam peralatan sederhana dipergunakan untuk
membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk
gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang hewan hingga
duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam
membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick.
Miswak /Siwak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia
semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di
zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan
masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap
komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak
atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India
disebut dengan datan atau miswak.
Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama
masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).”
Penelitian yang dilakukan oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan
bahwa pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti
kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan
yang kaya akan karbohidrat.
Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak
dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat
membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah
gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi
yang bermanfaat, meliputi :
Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent
yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan
pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali,
akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan
serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.
Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate,
Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin
dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi,
memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering
diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.
Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang
bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan
mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang
produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang
melindungi dan membersihkan mulut.
El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahwa tanaman siwak mengandung
zat-zat antibakterial. Darout et al. (2000) Melaporkan bahwa
antimikrobial dan efek pembersih pada miswak telah ditunjukkan oleh
variasi kandungan kimiawi yang dapat terdeteksi pada ekstraknya.
Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang
kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji
sifat-sifat antiplaknya dan efeknya terhadap komposisi bakteri yang
menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif batang.
Penyusun (2005) di dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak
Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans Dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi
Lempeng Agar” menemukan bahwa ekstrak serbuk kayu siwak bersifat
antibakterial sedang terhadap bakteri S. mutans danS. aureus.
Siwak sebagai “oral cleaner device” (alat pembersih mulut)
Siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut. Almas (2002)
meneliti perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine
Gluconate (CHX) yang sering digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash)
dan zat anti plak pada dentin manusia dengan SEM (Scanning Electron
Microscopy). Almas melaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2%
memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih
banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear layer) pada dentin.
(Diadopsi dari Skripsi penyusun yang berjudul “PENGARUH EKSTRAK
SERBUK KAYU SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus DENGAN METODE DIFUSI
LEMPENG AGAR), 2005, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

No comments :
Post a Comment