Indonesia tidak akan menoleransi tindakan negara lain yang mengancam
kedaulatan, termasuk menggeser tapal batas. Itulah salah satu yang
dikatakan Juru bicara Presiden Indonesia pada saat menghadapi konflik
pergeseran tapal batas Camar Bulan di Sambas yang diduga telah dicaplok
Malaysia pada tahun 2011.
Quote:
Setelah kian kali, dua Negara serumpun-seakidah ini kembali
diributkan persoalan nasionalisme yang sama sekali tidak diajarkan
ulama-ulama Melayu tempo dulu.
Kita harus membuka mata bahwa konflik antara Malaysia dan Indonesia
ini tidak terjadi dengan sendirinya. Ada unsur-unsur pemicu layaknya api
yang menimbulkan asap besar. Pertanyaannya siapakah pemantik api itu?
Umat Muslim? Bukan, karena kita hanya korban. Pakar Melayu Prof. Dr.
Dato’ Nik Anuar Nik Mahmud dari Institut Alam dan Tamadun Melayu,
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengamini bahwa ada intervensi
pihak luar di balik perseteruan kedua Negara serumpun muslim ini.
Dalam memoar buku Thomas Raffles disebutkan, Barat harus memastikan
bahwa alam Melayu ini lemah. Untuk melemahkan, Raffles mengusulkan dua
buah strategi. Pertama, imigran-imigran asing masuk ke Melayu supaya
kawasan ini tidak menjadi kawasan Melayu, melainkan majemuk (dibawa
orang-orang China dan India). Kedua, pastikan bahwa raja-raja Melayu
yakni Semenanjung, Sumatera, Jawa dan sebagainya, tidak mengambil para
ulama Arab menjadi penasehat mereka.
Jadi, tujuan mereka memang untuk memisahkan Arab dengan Melayu.
Bersatunya antara Malaysia dan Indonesia membentuk Imperium Islam Melayu
inilah yang sangat ditakuti oleh Zionisme. Mereka sadar Melayu adalah
potensi kuat dalam membangkitkan Islam dari tenggara Asia, maka itu
jalur ini harus dihabisi, apapun caranya. Dan pengalaman bangsa
Indonesia yang kerap mudah diadu domba adalah kunci yang selalu mereka
pegang saat zaman devide et impera. Yang juga kita harus faham adalah
Thomas Stamford Raffles sendiri seorang Freemason.
Menurut Th Stevens dalam bukunya Tarekat Mason Bebas, Raffles pada
tahun 1813 dilantik sebagai mason bebas di bantara “Virtutis et Artis
Amici”. “Virtus” merupakan suatu bantara sementara di perkebunan Pondok
Gede di Bogor. Perkebunan itu dimiliki Wakil Suhu Agung Nicolaas
Engelhard. Di situ Raffles dinaikkan pangkat menjadi ahli (gezel), dan
hanya sebulan kemudian dinaikkan menjadi meester (suhu) di loge “De
Vriendschap” di Surabaya.
Raffles pula yang mendirikan Singapura modern yang kini menjadi basis
Israel di Asia Tenggara. Agen-agen zionis melalui Singapura adalah
penghasut sebenarnya dalam mengeruhkan hubungan sesama muslim Melayu.
Kebanyakan koruptor Indonesia pun bermukim di Singapura setelah merampok
uang hasil keringat anak-anak Indonesia dan rakyat jelata. Singapura
adalah sekutu zionis. Mereka tidak mau menandatangani perjanjian
extradisi dengan Indonesia semata-mata melindungi koruptor ini karena
mereka bawa banyak uang ke Singapura. Untuk mengalihkan isu ini dari
masyarakat Indonesia, mereka akan coba cari isu supaya masyarakat
Indonesia lebih fokus pada isu yang mereka cipta.
Maka diwujudkanlah isu sekarang, konfrontasi Malaysia-Indonesia.
Melalui media sekular di Negara ini, mereka terus berupaya agar rumpun
Melayu bangga akan identitas negara-nya masing-masing. Adanya inflitrasi
Zionis di Malaysia juga bukan barang baru. Tahun lalu mantan wakil
perdana menteri Malaysia yang juga tokoh oposisi, Anwar Ibrahim, pernah
membeberkan fakta adanya keberadaan intelijen Zionis di markas
kepolisian federal Malaysia. Kala itu bersama dengan Kelompok Muslim,
mereka menyatakan memiliki dokumen yang memperlihatkan kemungkinan
adanya intelijen Zionis kedalam strategi informasi negara lewat
perusahaan kontraktor bernama “Osiassov”, yang melaksanakan proyek
pengembangan sistem komunikasi dan teknologi di markas besar polisi
federal Malaysia.
Anwar Ibrahim menjelaskan bahwa perusahaan “Osiassov” terdaftar di
Singapura namun berkantor pusat di negara penjajah Zionis Tel Aviv.
Menurut Anwar, kehadiran dua mantan perwira tentara Zionis di perusahaan
yang bersangkutan, adalah sepengetahuan petugas polisi senior Malaysia
dan Menteri Dalam Negeri Malaysia sejak jaman Syed Ahmad Albar.
Yakinlah, jika umat muslim Melayu tidak kembali ke ajaran Islam sejati
dimana tak ada ruang pada nasionalisme yang memberhalakan bangsa, benih
permusuhan itu akan selalu muncul, walau kedua Negara itu makmur dan
sama-sama beragama muslim. Maka itu, bersatulah bangsa Melayu.
Bersatulah diatas Panji Islam yang akan membuka jalan tegaknya dienullah
ini di tanah perjuangan kita, tanah Melayu Darussalam.
No comments :
Post a Comment