Wednesday, February 4, 2015

Negeri 1001 Prototype


gandiwa






” Indonesia harus mulai mandiri dalam pengadaan alutsista !”. “Pembelian alutsista harus disertakan transfer of technology !”. Kata-kata itu sering mampir ke telinga kita. Semua orang sepakat dengan kalimat itu. Indah, karena membawa angan ke masa kejayaan.
Sekarang, mari tarik ke dunia nyata. PT DI telah lama berencana membuat helikopter serang ringan. Beberapa tahun lalu dikeluarkan nama Bumblebee, helikopter serbu ringan yang akan merujuk kepada NBO-105. Helikopter Bolkow 105 ini memang sering digunakan TNI AD dalam operasi militer sebagai bantuan serangan darat.
PT DI bisa dikatakan master untuk urusan teknologi NBO 105. Bedanya, Bumblebee akan dijadikan helikopter serang ringan dengan konfigurasi kursi tandem, dilengkapi dengan roket serta machine gun pod.
Belum sempat prototype-nya dibuat, muncul lagi konsep helikopter serang ringan Gandiwa yang merujuk kepada helikopter NB-412. Selain master di bidang teknologi NB-105, Indonesia juga menguasai teknologi NB-412.
Konfigurasi Gandiwa juga tandem seat, namun memiliki kemampuan yang lebih besar dari Blumblebee.
Namun..lagi lagi namun. Helikopter serang ringan Gandiwa hanya ramai dibicarakan saat pameran dirgantara ataupun alutsista militer. “Indonesia bisa membuat helikopter serbu ! Hebat. Orang pun kagum. Setelah pameran usai, proyek helikopter Gandiwa kembali disimpan ke dalam laci dan dikunci.
Tanpa kita sadari rencana pembuatan helikopter Gandiwa membahana ramai dibicarakan dunia Internasional, termasuk di Eropa. Mereka paham PT DI telah puluhan tahun berkecimpung dipembuatan helikopter, jadi tidak meragukannya lagi.
Helikopter Serang Ringan Bumblebee PT DI
Karakteristik Helikopter Gandiwa:
Crew: 2 (pilot, and co-pilot/gunner)
Length: 58.17 ft (17.73 m) (with both rotors turning)
Rotor diameter: 48 ft 0 in (14.63 m)
Height: 12.7 ft (3.87 m)
Disc area: 1,809.5 ft² (168.11 m²)
Empty weight: 11,387 lb (5,165 kg)
Loaded weight: 17,650 lb (8,000 kg)
Max takeoff weight: 23,000 lb (10,433 kg)
Powerplant: 2 × General Electric T700-GE-701 and later upgraded to T700-GE-701C (1990–present) & T700-GE-701D (AH-64D block III) turboshafts, -701: 1,690 shp, -701C: 1,890 shp, -701D: 2,000 shp (-701: 1,260 kW, -701C: 1,490 kW, -701D: 1,490 kW) each.
Fuselage length: 49 ft 5 in (15.06 m)
Rotor systems: 4 blade main rotor, 4 blade tail rotor in non-orthogonal alignment
Performance:
Never exceed speed: 197 knots (227 mph, 365 km/h)
Maximum speed: 158 knots (182 mph, 293 km/h)
Cruise speed: 143 knots (165 mph, 265 km/h)
Range: 257 nmi (295 mi, 476 km) with Longbow radar mast
Combat radius: 260 nmi (300 mi, 480 km)
Ferry range: 1,024 nmi (1,180 mi, 1,900 km)
Service ceiling: 21,000 ft (6,400 m) minimum loaded
Rate of climb: 2,500 ft/min (12.7 m/s)
Disc loading: 9.80 lb/ft² (47.9 kg/m²)
Power/mass: 0.18 hp/lb (0.31 kW/kg)
Persenjataan:
Guns: 1× 30 × 113 mm (1.18 × 4.45 in) M230 Chain Gun with 1,200 rounds
Hardpoints: 4 pylon stations on the stub wings. Longbows also have a station on each wingtip for an AIM-92 ATAS twin missile pack.
Rockets: Hydra 70 70 mm, and CRV7 70 mm air-to-ground rockets
Missiles: Typically AGM-114 Hellfire variants; AIM-92 Stinger may also be carried.
Radar yang akan digunakan Gandiwa belum diketahui.
Helicopter Gandiwa ditujukan memiliki kemampuan menyergap target darat, seperti infanteri dan kendaraan lapis baja dan mampu membawa rudal udara ke udara untuk pertahanan diri. Selain memberikan dukungan udara bagi pasukan darat, Gandiwa merupakan anti-tank, untuk menghancurkan kendaraan lapis baja lawan.
Design Development
Helikopter tempur Gandiwa memiliki dua engine dengan empat bilah blade komposit dan dilengkapi wing pylon untuk mensupport persenjataan yang dibawa. Main rotor, tail rotor, engine dan gearbox tidak mengalami perubahan besar dari basis helikopter. Namun avionik dan sistem diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan utama helikopter serang.
Untuk memudahkan pilot dalam menjalankan misinya digunakan glass cockpit avionic system. Penambahan sistem senjata dan firing control juga menjadi hal utama dalam pengembangan helikopter ini.
Berat dan distribusi berat tidak berubah banyak dari basis helikopter. Namun penumpang dan payload yang biasa dibawa, diganti menjadi senjata dan amunisi. Gandiwa adalah panah sakti milik Arjuna yang dilengkapi tabung berisi panah tak hingga jumlahnya.
PT DI telah memaparkan segalanya tentang prototype heli serang ringan Gandiwa. Baik dari seri: karakteristik, performance maupun persenjataannya. Lebih dari itu tidak ada orang di dunia ini yang meragukan kemampuan PT DI dalam membuat helikopter.
Anggaran TNI AD tahun 2013 mencapai Rp 14 triliun. Tentu tidak berlebihan sebagian dialokasikan untuk pembuatan helikopter serang ringan Gandiwa. Gandiwa adalah kemandirian alutsista yang sedang kita cari dan kita lontarkan saat berbicara pengadaan alutsista.
Akankah Helikopter Gandiwa Terwujud ?
Kita coba lihat pemikiran Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Budi Santoso saat dikunjungi wartawan di Kantor Pusat PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).
PT DI tidak lagi boleh tergantung terhadap suntikan modal pemerintah, melainkan harus berpikir menjadi sebuah korporasi perusahaan pesawat terbang yang fokus pada pasar.
“Sederhananya, prioritas pertama membuat PT DI kompetitif dibandingkan perusahaan lain terutama dalam produksi. Kita nggak jual desain, kita jual barang.
“Kita perkuat PT DI menjadi persahaan bukan perusahaan riset, mudah-mudahan tidak tercampur politik. Pengalaman buruk begitu Pak Harto berhenti, program hancur semua. PT DI ke depan tidak mau lagi menjual mimpi, melainkan menghasilkan produk berdasarkan kemampuan.
Apakah anda optimis helikopter serang ringan Gandiwa segera terwujud atau sebaliknya, setelah mendengarkan pandangan Direktur PT DI di atas ?
Jika Indonesia masih berdebat tentang wacana pembuatan helikopter serang ringan Gandiwa, maka Turki tahun 2013 ini mulai memproduksi helikopter serang buatan dalam negeri T-129. Apa yang diucapkan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan saat menyaksikan ujicoba prototype helikopter serang T-129:
Our goal is fully provision with defense products through domestic production.
Pepatah Turki mengatakan: berpikir boleh berpikir. Berpikirlah sebelum melakukan sesuatu. Namun jangan engkau terus berpikir karena hidangan santap malam bisa terlanjur dingin. Ketika engkau meninggal, temanmu akan menuliskan angka “nol besar” di batu nisanmu. Pergi dan Lakukan.JakartaGreater

No comments :

Post a Comment