Monday, February 16, 2015

Ali Bin Abi Thalib Yang Muda, Kuat & Dapat di Percaya

Pada suatu hari, Rasulullah S.a.w. keluar dari rumahnya bersama Ali hingga perjalanan mereka berdua sampai di Ka’bah. Kemudian Rasulullah S.a.w. memerintahkan Ali dengan bersabda, “Jongkoklah”, kemudian Ali pun jongkok. Setelah itu Rasulullah S.a.w. lalu memanjat kedua pundak Ali untuk naik ke atas Ka’bah. Namun karena Usia Ali masih kanak-kanak dan fisiknya lemah, maka ia tidak mampu berdiri menanggung beban badan beliau. Setelah Nabi S.a.w. turun lagi dan berkata kepada Ali, “Kamu naiklah ke kedua pundakku.” Mendapatkan perintah ini, Ali pun lalu naik ke pundak beliau dan beliau kemudian bangkit dengan posisi mengangkat Ali hingga Ali dapat naik di atas Ka’bah yang telah dipenuhi berbagai macam patung yang terbuat dari tembaga. Kemudian ia memporak-porandakan patung-patung tersebut.
Ali Bin Abi Thalib, Seorang Yang Kuat Lagi Dapat Dipercaya
Ali Bin Abi Thalib, Seorang Yang Kuat Lagi Dapat Dipercaya
Setelah patung-patung di atas Ka’bah porak-poranda, Ali bergegas turun dan mereka berdua dengan segera meninggalkan tempat tersebut. Mereka berjalan mengendap-endap lalu menyelinap agar tidak ada orang yang melihat mereka. Mereka berdua kemudian bersembunyi di rumah karena khawatir langkah mereka diketahui orang banyak.
Namun melaksanaan perintah Nabi S.a.w. yang lain, tidur menempati ranjang beliau di malam hijrah, adalah satu hal yang paling berresiko dilaksanakan Ali sepanjang hidupnya. Akan tetapi, mari kita simak bersama secara seksama peristiwa apa yang sedang berlangsung pada malam itu.
Pada malam itu, jagoan orang-orang musyrik Makkah berdatangan dari segala penjuru sedang mengelilingi rumah Rasulullah S.a.w. membentuk pagar betis karena hendak membunuh beliau. Dalam kondisi mereka sedang berjaga-jaga ini, Allah kemudian membuat mereka semua tertidur sejenak sehingga Rasulullah S.a.w. dapat keluar dari rumahnya tanpa ada seorang pun dari mereka yang dapat melihat beliau. Kemudian beliau menebar pasir di kepala mereka. Setelah sampai di tempat Ali, beliau bersabda kepada Ali, 
“Kamu tidurlah di ranjangku dan tutupilah dirimu dengan selimut tidur yang biasa aku kenakan. Sesungguhnya tidak akan terjadi apa-apa pada dirimu.”
Ali pun lalu masuk dan tidur di ranjang beliau dengan mengenakan selimut sebagaimana yang dikenakan beliau sebelumnya sewaktu tidur.
Dari sini dapat dipahami bahwa Ali telah memperoleh kehormatan yang mulia. Ia tidur di ranjang beliau tanpa merasa takut sedikit pun dari orang-orang kafir Quraisy yang tengah bersiaga penuh di depan pintu rumah Rasulullah S.a.w. hendak membunuh beliau dengan pedang di tangan mereka. Dalam kondisi semacam ini, jiwa Ali merasa tenang tanpa merasa gentar pada keganasan Abu Jahal berikut teman-temannya karena Nabi S.a.w. telah berjanji bahwasanya mereka semua tidak akan mampu menyakiti Ali.
Setelah Rasulullah S.a.w. meninggalkan rumah untuk berhijrah, orang-orang musyrik lalu masuk ke rumah beliau itu. Namun tatkala mereka membuka selimut badan orang yang berbaring di ranjang incaran mereka, betapa terkejutnya mereka. Karena bukannya menemukan orang yang mereka targetkan, yaitu Nabi S.a.w., tetapi mereka justeru mendapati Ali. Dengan geram mereka kemudian bertanya kepada Ali, “Dimana Muhammad?” Ali pun menjawabnya dengan tenang dan percaya diri, “Aku tidak mengetahuinya.”
Sesungguhnya jawaban yang diberikan Ali ini merupakan tehnik yang ia pelajari dari Rasulullah S.a.w.. Hal ini bisa terjadi karena adanya perasaan percaya akan janji Allah kepada Nabi-Nya bahwasanya dirinya tidak akan mendapatkan penganiayaan sedikit pun. Dan yang demikian ini adalah termasuk sifat kaum mukminin yang benar-benar beriman.
Sementara itu, di luar sana, Nabi S.a.w. telah berangkat menuju Madinah. Sedang Ali tetap tinggal di Makkah untuk mengembalikan barang titipan dan amanat kepada pemiliknya yang ditinggalkan oleh Nabi S.a.w.. Dan sungguh, Ali adalah seorang yang kuat lagi dapat dipercaya.

Sumber:http://www.ceritahikmah.web.id/

No comments :

Post a Comment